Wali Kota AA Bersama PUPR Lambogia : Bendungan Kuwil Kawangkoan, Siasat Pemerintah Atasi Banjir di Manado

oleh -247 Dilihat
oleh

www.hariansulutnews.com,MANADO – 27 Januari Tahun 2023, Kota Manado kembali dilanda banjir, mengakibatkan beberapa Kecamatan terdampak banjir dan tanah longsor akibat curah hujan yang cukup tinggi. Dan hadirnya Bendungan Kuwil mereduksi debit banjir sampai dengan 96 m² per detik.

Direktur Sungai dan Pantai Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA) Kementerian PUPR Ir. Bob Arthur, Lambogia, M.Si menjelaskan salah satu tujuan pembangunan Bendungan Kuwil Kawangkoan adalah untuk mereduksi banjir di Q50 dengan kubikasi sampai dengan 146 meter kubik per detik.

Enam sungai yang melintas di Kota Manado menjadi Daerah Aliran Sungai (DAS) dari Bendungan Kuwil Kawangkoan. Sejarah mencatat pada Januari tahun 2014, Kota Manado porak – poranda dihantam bencana banjir bandang. Banjir merendam 10 kecamatan yakni Paal II, Wenang, Tikala, Sario, Tuminting, Singkil, Wanea, Mapanget, Paal IV dan Bunaken.

“Saat terjadi banjir pada hari Jumat, kita lihat bersama bahwa dari 6 sungai yang melintas Kota Manado, Bailang, Mahawu, Tondano, Tikala, Sario dan Sungai Malalayang, yang menjadi DAS dari Bendungan Kuwil area pelayanan adalah sungai tondano, dimana di bagian hilirnya ada sungai tikala,” ujar Bob kepada wartawan di Pasar Bersehati Manado.

Lebih lanjut, Bob menyebutkan, selain bendungan Kuwil Kawangkoan, pihaknya juga memiliki program yang saat ini sudah sementara berjalan dan berkoordinasi dengan Wali Kota Manado.

“Dimana ke depan kami ada program loan namanya national urban flood resilience project untuk Kota Manado,” terang Bob.

Bob juga mengusulkan program untuk Sungai Tikala, Sungai Tondano, dan Sungai Sario. Sungai Tondano, lanjut Bob, masuk sebagai salah satu sungai yang akan menjadi perhatian karena Sungai Tondano pada program yang lalu belum tersambung, sehingga perlu dilanjutkan.

“Selain itu untuk sungai Bailang dan Mahawu nanti kami karena disana belum ada masterplan atau detail design maupun SED maka kami akan usulkan itu masuk dalam upaya supaya kita dalam melakukan kajian agar ketahuan apa yang dikhawatirkan oleh Wali Kota dengan apapun tetap banjir, tapi kami yakin bisa diketahui cara mengatasi,” pungkasnya.

 

“Dari semua sungai yang ada, kita lihat konsentrasi curah hujan yang cukup tinggi dengan curah hujan 300 ml per hari di bagian Kota Manado, dimana kita lihat bersama di sungai Bailang dan sungai Mahawu meluap, sementara DAS tondano relatif tidak meluap, ada luapan air sedikit di sungai Tikala yang merupakan anak sungai Das Tondano,” ucapnya.

Dirinya mengatakan, pada hari jumat elevasi bendungan mencapai 96.6, maka 2 pintu yang ada di bendungan ditutup. Kapasitas 1 pintu di kuwil mencapai 143 m² per detik, saat ditutup maka akan terjadi kenaikan genangan di bendungan dari 96.6 menjadi 98.2. Artinya kenaikan air dibendungan sekitar 2 meter, dimana hampir 2 meter tersebut yang ditampung adalah 2.3 juta kubik. Kalau 2.3 juta kubik itu jika tidak kita tampung disini dan akan masuk ke Kota Manado. Maka banjir yang akan terjadi lebih parah dari tahun 2014,” tuturnya.

“Kalau kita bandingkan dengan banjir yang terjadi di 2014 itu curah hujannya 146 – 215 M² per hari, banjir yg terjadi saat ini Kota Manado yaitu 300 mili meter perhari artinya curah hujan yg terjadi saat ini lebih tinggi dari yang terjadi pada 15 januari 2014. Hal tersebut yg menyebabkan banjir di sungai Mahawu dan Tikala,” terangnya.

Dulu air di lapangan depan kantor Walikota airnya mencapai hingga 3 meter karena terjadi back water sungai Tondano tinggi, sungai Tikala tidak bisa keluar airnya, akhirnya air balik dan menggenangi lapangan dan kantor Wali Kota sampai 3 meter.

“Penyebab terjadinya banjir tahun ini disebabkan kapasitas penampungan debit air di sungai Mahawu dan sungai Bailang tidak memadai. Kami bersama pak Wali Kota sudah melihatnya langsung, perlu kita kaji sungai Mahawu dan Bailang bisa seperti itu,” pungkasnya.

Sementara itu, Wali Kota Manado Andrei Angouw menyampaikan, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang masih menempati daerah – daerah bantaran sungai juga bangunan – bangunan yang didirikan di atas saluran air/drainase.

“Sebaimana baik kita membuat drainase dan sebanyak apapun bendungan, kalau masyarakat masih tinggal di atas drainase dan bantaran sungai masih akan terjadi banjir, cerita lama ini akan terulang – ulang lagi,” kata Angouw.

Wali Kota manambahkan, masyarakat yang tinggal di daerah bantaran sungai masih banyak padahal Pemkot sudah menyiapkan rumah relokasi di Pandu sejak tahun 2015.

“Upaya grand strategi yaitu menyiapkan rumah susun dan rumah relokasi di pandu, kita dorong yang masih tinggal di bantaran untuk tinggal di pandu,” tukasnya.

Dari data BPBD Kota Manado, yang menempati rumah relokasi Pandu hanya sekitar 500 orang dari 2000 rumah yang tersedia. (team)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.